Bintang Tauladan !

Entrepreneur Lifestyle … mempersiapkan diri untuk menjadi Teladan.

Kerja Semau Gue, dg Cara Gue

Posted by akhmad Guntar pada Maret 1, 2007

Satu hal menyenangkan dari bewiraswasta adl ktk kita bisa menentukan waktu kerja sendiri dan bekerja dengan gaya yang kita suka. Mau dateng ke kantor jam berapa dan berapa lama tu terserah. Saya sendiri biasa ngantor jam setengah sepuluh, kadang malah jam sebelas. Yang penting apa yang ditargetkan tercapai.

Sehingga seolah-olah:

My Boss : “You should have been here at 8 O”clock.
Me : “Why, what happened?”

:mrgreen:

Post ini telah dimigrasikan ke AkhmadGuntar dot com
Silahkan klik link berikut untuk terus membaca :

Kerja Semau Gue, dg Cara Gue

29 Tanggapan to “Kerja Semau Gue, dg Cara Gue”

  1. Goio said

    Senangnya kalau kita bisa bekerja dengan ‘cara gue’… mungkin bisa kalau kita punya usaha sendiri ya? tapi kalau sebagai karyawan, kayaknya ada aturan dan etika yang harus dipenuhi :)… yah, semua ada plus-minusnya …

    sekedar pertanyaan.. bagaimana dengan biorythm? tentunya hal ini ada kaitannya dengan fleksibilitas dan produktivitas hehehe

  2. Akhirnya ada juga posting mas Guntar nongol di friend surfer-nya WP.

    Saya suka dengan joke-nya. Simple dan mengena..

  3. fahmi! said

    eh, aduh… iku gambar focus’e nggarai ngelu cak 😀
    *hehe maap ndeso*

  4. Guntar said

    Mas Goio,makasih banget atas referensinya. Sebelum ini saya belum pernah mempertimbangkan bioritme sbg perihal yg penting. Awalnya saya kira itu ramalan.Tp tyt bukan; dia lebih merupakan siklus yg dipengaruhi oleh pergantian sel di tubuh kita.Jadi dia tidak membuat ketentuan nasib baik buruk; dia skedar ngasih tau gimana kondisi tubuh kita.
    Saya sudah donlod software yg bisa baca bioritme ini. Stelah saya coba, lha kok pas saya yg lg dlm masa goblox skr ini mmg sdg berada dlm titik terendah dr siklus fisik, emosional & intelektual. Tp ndak pengen terima begitu aja,saya masih terus coba gali sisi ilmiah dari bioritme ini 🙂

  5. rile said

    wah ternyata masih kalah sama saya, hari ini sejak tadi malam saya sudah menghabiskan 13 jam untuk tidur dengan disela sholat subuh tentunya….. . Kenapa ya Pak, ada sesuatu aktivitas saya yang datang musiman, contohnya kebiasaan tidur tanpa henti ini, sejak dulu terjadi ya kayak ada musimnya sendiri gitu. Selain kebiasaan tidur tanpa henti ini tentunya juga ada kebiasaan kerja tanpa henti dan yang lainnya juga.

  6. rile said

    oh iya tambahan, link ke blog saya pindah ke rile.wordpress.com ya Mas! soalnya yang di samping itu masih ke link lama

  7. arul said

    pernah coba menerapkan hal tersebut tetapi tetap butuh namanya tauladan, misalnya datang tepat waktu di tempat kerja supaya bawahan ngikut dsbnya lah…..
    hikz….
    Oia… jangan lupa ikut Communication and Public Relation Seminarnya BEM ITS, mas guntar juga pembicaranya loh…

  8. Lita said

    Di manapun kerja, yang pasti harus dimiliki adalah kemampuan manajemen. Di rumah atau di kantor bisa sama saja efisiennya (atau sama tidak efisiennya).
    Tapi bisa pula kerja di rumah jauh lebih capek, misalnya karena harus tetap mengurus anak dan menjaga rumah supaya selalu kelihatan layak dihuni :mrgreen:

  9. Hedi said

    Yang penting kan menikmati kegiatan itu sendiri. Mau blogwalking, kerja, tidur, atau yang lain, tetapi si pelaku harus bisa menikmati (enjoy). Btw, sekarang udah sembuh dan prima kembali kan?

  10. Guntar said

    Rile:
    Rile, bisa jadi apa yg Rile alami tu terkait ama bioritmik yg disampaikan oleh mas Goio 🙂

    Arul:
    Seorang teladan memang amat berguna. Tp minimak, utk bisa menerapkan, yg lebih kita butuhkan sebenernya adl cukup alasan.

    Lita:
    Benar sekali, mbak Lita. Saya sendiri belum tau apakah model kerja ini bisa sama produktifnya bila saya sudah berkeluarga 🙄 Tapi meski saya jg ikutan mengurus anak, toh bukan saya yg menjaga rumah spy sedap dihuni :mrgreen:

    Hedi:
    Betul, yg penting enjoy. Namun seringkali kita harus berkemampuan utk melakukan apa2 yg kita tidak senang utk melakukannya. Itu bedanya komitmen dan “sekedar” hobi.
    dan Alhamdulillah, saya sudah berangsur pulih. 😛

  11. Lita said

    Itu maksudnya ngomongin diri saya sendiri, kok. Kerja di rumah, waktu istirahat dipake untuk momong anak, sore (sebelum waktu kerja pekerja kantoran selesai) saya sudah mulai momong anak (lagi) dan mberesi rumah, melayani keperluan suami 😀

  12. arezk said

    Sekedar sharing…

    apa yang saya teLah jaLankan sampai detik ini adaLah apa yang biasa dengan bahasa keren “Wirausaha”

    jadi boLehLah orang menyebut dengan wirausahawan/entrepeneur,
    hehehe … maaf Bro Guntar (bukan untuk sombong Lho!)
    karena memang masih sangat jauh untuk bisa sombong …

    Kerja tanpa terikat waktu, tanpa batasan proseduraL dan maLah bisa meLakukan haL-haL terobosan (Langkah semau gue) pada usaha yang dijaLankan … ini merangsang saya semakin kreatif.

    Namun bukan berarti semuanya enak-enak saja, kadangkaLa maLah harus ekstra fuLL jiwa raga tercurah terutama saat ada sesuatu yang berbeda dari biasanya (baik secara +/-)
    ——————————————–

    Terimakasih Bro atas iLmu-iLmu yang saya dapatkan dari bLog ini
    MEMBACA … MENDENGAR … MENELAAH … MELAKUKAN PENYESUAIAN … IMPLEMENTASI … EVALUASI … BENCHMARKING … KOREKSI&PERBAIKAN …
    terus, terus & terus beruLang

  13. arul said

    kadang juga fleksibilitas kerja membuat kita sendiri bingung menentukan tujuan hidup ini kemana.
    kemampuan untuk di suatu tempat kerja malah terbai dan tidak maksimal…
    Tapi…. kadang teori sering berucap dan praktekna betul2 membuat kita harus belajar dan mengambil keputusan…

  14. Goio said

    Mas Guntar, kalo dari kata2 di alat penghitung bioritme itu… kok mirip2 sama perhitungan hari baik-nya wong jowo ya? hihihihi..

    btw.. mas Guntar bilang:
    Tp ndak pengen terima begitu aja,saya masih terus coba gali sisi ilmiah dari bioritme ini

    lho, ini gak ilmiah tokh? … ta’ pikir ini sudah ilmiah (yang berdasarkan sampling, statistik eksperimen dan lain2 hehehe)

  15. kiki said

    saya pun sekarang udah gak mau lagi kerja untuk orang lain, maksudnya mesti mengikuti aturan, seperti waktu, saya bekerja karena impian saya

  16. Guntar said

    Lita:
    Hmm… jadi istri emang ndak gampang. Perlu ada manajemen juga di sana kan ya. Semoga mbak Lita jadi ibu dan istri yang kian handal dan reliable.

    Arezk:
    Jadi entreprenuer emg perlu hidup dengan gaya dan kebiasaan khusus. Kadang bisa terlena juga sih, seolah2 produktif padahal nyatanya ndak. Meski kerja dengan jam bebas, tapi entrepreneur harusnya bekerja lebih lama dan lebih keras ketimbang yang kerja kantoran.

    Arul:
    Fleksibilitas kerja tu tepat diterapkankan ketika komitmen dan arahan kerja udah jelas. Untuk orang2 yang belum punya kemampuan dlm konsisten dengan arahan pribadi, maka jadinya malah serabutan, ndak bisa fokus dan ndak hasilkan pencapaian besar.

    Goio:
    Ndak, bukan. Ndak seperti perhitungan hari baik wong jowo. Atau saya aja yang ndak ngerti hitung2an wong jowo itu dasarnya apa ya 🙄

    Kiki:
    Semoga sukses ya usahanya; mandiri dan berprestasi 😛
    O iya, shiva.web.id nya kok ndak pernah bisa diakses ya.

  17. Putri said

    Kayaknya aku cocok jadi entrepeneur deh. Soalnya model kerjaku lama dan keras. Dan get so personal gitu ama kerjaan. Ownership thd kerjaan kantor gede banget. Ga peduli Bos ngeliat atau ndak.

  18. arul said

    Mas guntar makasih sudah jadi pembicara dalam CPR Seminarnya BEM ITS…. salam dari peserta2 loh mas….

  19. ben said

    tapi mas..
    kerja semau gue dg cara gue rasanya sulit utk dimengerti org. saya suka sebel, apalagi msh hrs diatur lwt sklh. maklum msh pljr.

    gmn ya mas ngendaliin rasa ingin bebas berbuat? apa hal demikian wajar?

  20. POstingan yang bagus Mas Guntar. Saya hanya bisa bilang luar biasa betul Mas Guntar bisa kerja sampe sebegitunya 😀

    Saya tertarik dg statement ini…Ketika bekerja di rumah, saya bisa memilih interfensi apa yang ingin saya dapatkan. Saya bisa mengatur atmosfer produktivitas tepat sesuai yang saya inginkan….

    Masalahnya, iya klo kita berada di Divisi yg tidak mengharuskan kita berada atau stay di kantor.. Klo sebaliknya?

    Saya kira klo kerja dimanapun itu tergantung sugesti kok.

    Tetapi … terfokus bener pada apa yang dilakukan; sampe2 waktu berlalu begitu saja; dan anda bener-bener merasa sedang membuat progress. …

    siapa pun akan merindukan itu..spt saya saat ini 😀 melakukan yang terbaik…

    Thanks juga.. udah menyindir saya,”Blog kok jarang diurusi..:)” Saya sedang kena melankolis bgt, jadinya blognya gak karu2an.. he he he 😀

  21. Agus said

    Halo mas guntar…salam kenal

    Saat ini saya bekerja di perusahaan manufakturing, ada ide untuk membuat usaha konsultan dibidang teknik yang ada hubungan nya dengan kerjaan saya saat ini. Terus terang, saya juga mengimpikan untuk dapat melakukan usaha dari rumah seperti mas guntar lakukan.
    Tapi saya juga berpikir gimana lisensi software yang digunakan, apakah masih bajakan atau harus asli.

  22. Guntar said

    Putri:
    Iya, Putri. Sampean tu pantes bianget deh jadi entrepreneur. Sepertinya bisnis di rumah akan jadi pilihan yang tepat 😉

    Ben:
    Emg kita kudu perhatikan juga basis kultur di tempat kita bekerja/beraktivitas. Yang penting tu kita bisa sodorkan bukti pencapaian/produktivitas. Jadi ndak asal minta orang lain pahami dan terima. Coba deh mulai dulu dengan prestasi; dengan begitu posisi tawar jadi lebih tinggi 😎

    Dianika:
    Tapi sepakat, bahwa itu akan tergantung juga dengan nature kerjaan kita; apakah kerjaan itu membutuhkan interaksi dengan orang lain apa nggak. Tapi tentang bahwa kerja di manapun yang penting sugesti, well.. Ada benarnya sih. Tapi kita pun tahu, bahwa quantum learning tidak hanya bicara masalah sugesti, namun juga orkestrasi atmosfer produktivitas.

    Everything Speaks, and everything is on purpose. Tidak hanya untuk temukan atmosfer positif untuk belajar, namun juga untuk bekerja 🙂

    Agus:
    Klo sudah bergelut di kerja riil, maka utk cari gagasan bisnisnya: cari perihal (tahapan produksi) yang mbikin orang2 terganggu, jengkel dan nggerundel ketika menjalaninya. Lalu temukan entitas2 yang terkait dgnya, dan bikin proses bisnis baru untuk menjadikannya lebih gampang, lebih cepat, bebas stress, dan reliable. Sederhananya sih gitu, Mas. Diskusi lebih lanjut bisa via japri 🙂

  23. mbahatemo said

    salam kenal.
    jika saya jadi 1 dari 7 orang itu pasti malah ndak nyaman.. dianggurin terus, lha wong semua sudah dikerjakan sama mas bos.. 😛
    anyway, tidur 11 jam sehari.. hemmm.. kalo dibanding sama 3 jam sehari, uenak ndak sih mas bos? halah..

    selamat bekerja..

  24. Agus said

    emailnya apa mas gun ?

  25. mollen&lieezzz said

    mollen: gue mau jadi bozzzz
    Liezz : kayaknya asik deh jadi bozz
    mollen: kok kayaknya sih? ya… jelas asik lah!!
    Liezz: tapi gmn cara dpetin modal?tips2nya dunk!!
    mollen: aduh Liez, yang jelas mah kagak turun dr langit, hehe:p paling temen2 yg baca komen ini, bisa ngasih tau?

  26. Bos yang sejati justru harus memberikan tauladan kepada bawahannya. Bukannya malah molor, atau diistilahkan semau gue dengan cara gue. Kita lihat sejarah bos-bos yang berhasil justru memberikan kedisplinan dan integritas (tanggung jawab) yang lebih besar daripada bawahan.
    Pun demikian pula halnya dengan perusahaan-perusahaan besar. Lihatlah mengapa astra begitu besar, karena dipimpin oleh TP (Theodore Permadi) Rahmat yang memang berjiwa besar. Rela berkorban demi perusahaan dan kesejahteraan bawahannya. Demi perkembangan perusahaannya. Jadilah astra menjadi perusahaan yang begitu besar. Sekarang pun dia wiraswasta juga menangani perusahaan2 dengan omset triliuan!
    Seorang bos atau pemimpin sejati justru tidak ingin lebih enak dari bawahan-bawahannya. Tapi lebih memikirkan bagaimana nasib perusahaan dan karyawannya, bukan dirinya sendiri.
    Kita juga bisa meneladani bagaimana kepemimpinan Rosulullah yang rela menderita demi ummatnya. Dan sekarang imbasnya masih begitu besar di dunia Islam.
    Yakinlah, jika Anda calon-calon bos memiliki jiwa pengorbanan dan perjuangan seperti ini. Perusahaan Anda akan besar dengan sendirinya.

  27. Akur Pak, Saya cocok dengan pendapat Pak Seger Hasani. Apalagi bila kita masih dalam tahap membangun usaha, bos harus bs jadi contoh bagi karyawannya. Kinerja bos sangat mempengaruhi kinerja bawahannya juga. Soalnya sy sendiri pernah mengalami koq, kerja semau gue ternyata tidak efektif. Dgn wirausaha malah lebih extra kerjanya, tapi enjoy, yg berat adalah amanahnya juga, karena kita harus me-maintenance pelanggan. Kalo tidak care ke customer, bs pada lari tuh, kompetisinya berat sekarang.

  28. Guntar said

    Sepakat dengan pak Seger dan pak Ono; yang namanya Bos tu harus jadi tauladan. Ukurannya adalah produktivitas dan kontribusi. Nah, sekarang tinggal kita lihat aja, kondisi semacam apakah yang menjadikan seseorang itu bisa mencapai produktivitas dan kontribusi maksimal.

    Oh, ternyata ketahuan bahwa setiap orang tidak bisa disamakan. Ukuran jam kantor bukan lagi ukuran. Yang penting adalah jam kerja, perkara mau ngerjakan di kantor atau di tempat lain, nyaris tanpa masalah. Tapi bos tertinggi saya pikir kurang tepat klo pake model kerja gini, krn dia kudu mengorkestrasi performa dan membangun atmosfer produktivitas para bawahannya.

  29. adit said

    waah pantesan blognya sempat gak bisa diakses dari sini, gara2 kerja di rumah mas ? , eniwei kerja di rumah juga bukan tanpa koneksi inet kan mas ?

    ah saya juga pengen sekali kerja di rumah spt mas, sayangnya koneksi inet di negeri ini masih mahal euy

Tinggalkan Balasan ke Guntar Batalkan balasan